Selasa, 03 Maret 2009

mungkin nanti bajai bajuri bakalan diganti ma bang marlip,

MARLIP
REKAYASA MOBIL LISTRIL ALA UKM



Jakarta (ANTARA News) - Bagi Ir Masrah MM, Ketua Tim perekayasa mobil listrik marlip (marmut LIPI), hari Kamis 27 Oktober 2005, bakal menjadi penentu langkah besarnya pascakemampuan mereka memproduksi mobil hemat energi terus-menerus sejak 2002.
Pada Kamis itu, di Lapangan Monas, Jakarta, LIPI akan menyerahkan Marlip ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sambil memamerkan berbagai jenis marlip yang telah diproduksi.
Marlip adalah mobil kecil bertenaga listrik yang pada produksi pertamanya pada 2002 dipasarkan dalam tiga tipe, yaitu tipe wisata, `city car`, dan `smart`.
Pada 2005 telah ada tujuh tipe yang dikembangkan, yaitu tipe `troy` yang dirancang untuk taman wisata dan perumahan, `mosen` yang dirancang untuk mobilisasi pasien di rumah sakit dan pemain yang cedera di lapangan sepakbola, `smart` yang dirancang untuk kawasan perumahan, `city car` dirancang untuk persiapan penggunaan di jalan raya, `patrol` untuk patroli polisi dan lingkungan, `golfo` untuk lapangan golf, dan `hercules` untuk kawasan industri.
Sebanyak 50 unit marlip telah dipasarkan hingga kini. Beberapa institusi yang telah menggunakannya antara lain RSUD Kerawang, RSUD Fatmawati, RSUD Donggala, Kebun Raya Bogor, dan Polwiltabes Makassar.
Masrah adalah peneliti yang memiliki hak paten atas tiga paten terkait sistem penggerak dalam marlip sehingga mobil itu menjadi efisien dalam menggunakan listrik yang tersimpan dalam baterai standar.
Saat ini marlip menggunakan baterai 36 volt 200 Ah yang dapat digunakan secara aman selama delapan jam non stop. Kecepatan marlip maksimum 40 km per jam untuk jalan datar dan 20 km per jam saat jalan menanjak.
Mobil berbobot kosong mencapai 275 hingga 430 kg itu memiliki panjang antara 225 cm hingga 270 cm dan lebar 120 cm. Dengan desain yang bisa membuat dua hingga enam orang itu kini harga marlip Rp40 juta per unit.
Menurut Ketua LIPI Umar Anggara Jenie, momen di Monas itu akan mereka jadikan arena unjuk kebolehan di hadapan para industrialis otomotif yang diharapkan mau memproduksi hasil teknologi mereka sebagai produk massal.
Walaupun peran industri otomotif sangat diharapkan bagi pengembangan mobil yang kini telah banyak dinikmati pemesannya itu, bagi Masrah, ada tidaknya industri yang berminat, produksi massal marlip akan tetap digeber.
Dia kini cuma menunggu ada tidaknya industri otomotif yang mau bekerja sama mengembangkan marlip dalam industri.
"Jia tidak ada mereka (industri) saya malah yakin bisa bergerak dengan menggandeng UKM (usaha kecil menengah)," kata Masrah di sela pengumuman rencana penyerahan Marlip ke Presiden
Itu tidak lain karena tim Marlip-LIPI telah bertekad untuk melakukan industrialisasi produk mobil listrik itu pada akhir 2006.
Menurut Masrah, para UKM adalah investor riil yang sangat layak diajak bekerjasama untuk menjadi vendor, karena saat ini saja 40 persen dari komponen yang diperlukan sebuah marlip dipasok oleh vendor UKM.
Untuk keperluan pembuatan per daunnya saja, produksi marlip saat ini memerlukan 90 buah per bulan dan selama ini dipesan dari "home industry" yang bisa dicari di Surabaya dan Bandung.
"Untuk memenuhi itu saja UKM dengan sejumlah pekerja sudah bisa hidup beberapa bulan," katanya.
Sebanyak 460 item komponen telah dibuat bersama dengan industri kecil sebagai vendor dalam upaya membangkitkan kembali kelesuan usaha pembuatan komponen yang sebelumnya menunjang usaha tekstil yang kian terpuruk.
Dengan keadaan seperti itu tim marlip yakin rencana mereka membangun suatu industri yang dapat bersaing secara nasional dan regional pada akhir 2006 tidak berlebihan.
Mereka juga yakin upaya ini bisa berkembang karena industri yang dibangun berdasarkan hasil riset akan berdiri secara kokoh dan adaptif terhadap gejolak kondisi ekonomi yang labil.
Namun dalam sebuah laporannya, tim itu mengakui bahwa sebagai suatu produk inovasi yang bukan produk duplikasi, tetap saja mengalami kesulitan untuk mencapai tahapan industrialisasi.
Untuk itulah kegiatan seremonial yang menghadirkan Presiden tetap diperlukan, karena momen seperti itu dapat menjadi arena promosi yang tepat di hadapan para undangan.
Bentuk dukungan politis dari pemerintah juga diharapkan menguat pascaacara di Monas itu, karena bagaimanapun marlip perlu dukungan peraturan yang memudahkan pengembangannya. Itu misalnya soal rencana pengembangan marlip untuk kendaraan yang beroperasi di jalan raya yang perlu dukungan undang-undang.
Bagi Kepala LIPI Umar Anggara Jenie, penyerahan marlip kepada Presiden juga bukan sekadar waktunya menawarkan ke industri untuk ikut bergabung.
Acara seperti itu juga momentum untuk membangkitkan dukungan luas dari masyarakat agar produk marlip dapat leluasa menembus pasar dan terus berkembang.
Menurut dia, Indonesia harus mulai mengikuti semangat yang didengungkan India untuk bisa memberi ruang bagi produksi dalam negeri untuk berkembang luas dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Momentum peluncuran itu juga dinilai tepat, yaitu di saat harga bahan bakar minyak (BBM) melangit. Sehingga marlip bisa menjadi kampanye penggunaan bahan bakar non-fosil.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar