Selasa, 03 Maret 2009





Marlip, si Mobil Listrik
Dibutuhkan, namun Disisihkan

JAKARTA - Mobil hemat energi dan ramah lingkungan sudah bisa diciptakan anak negeri. Berbahan bakar listrik, mobil ini tak kalah dengan buatan negara maju. Sayang, produk ini terganjal dana dan kebijakan pemerintah.

Bayangkan mengendarai sebuah mobil yang tak mengeluarkan asap. Tak mengeluarkan bunyi, berukuran mungil, juga hemat energi. Tidak perlu juga mengantre di pom bensin karena berbahan bakar listrik yang bisa di-charge dari rumah. Mobil seperti itu tak perlu menjadi obsesi berkepanjangan, sebab kenyataannya memang sudah diciptakan.
Berbahan bakar listrik yang disimpan dalam bentuk baterai, Marlip, begitu merek dagang mobil itu, untuk sementara hanya bisa mencapai kecepatan 40 kilometer per jam. Baterainya jenis lead acid, bisa bertahan hingga delapan jam. Charger-nya sendiri dengan teg input 110 sampai 220 volt dengan teg output DC 36 volt 20 amper. Sistem penggeraknya sudah mendapat hak paten dalam negeri. ”Mobil listrik ini sudah mengalami pengujian dua tahun sebelum dipasarkan. Hak patennya sudah kita pegang dalam hal sistem penggerak, desain bentuk dan nama,” jelas Masbach Siregar, Deputi Ilmu Pengetahuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kepada pers di Jakarta, akhir pekan silam.

Tak Dilirik Industri
Nama Marlip sendiri berasal dari kata marmut listrik LIPI, karena bentuk mobil ini memang mungil seperti marmut. Studi atas mobil ini berawal dari program rancang bangun mobil listrik dengan mengoptimalkan pemanfaatan dan komponen yang ada di Pusat Penelitian Teknologi Mekanik (Pulit Telimek) LIPI.
Saat itu sekitar tahun 1998 mulai dibentuk tim pelaksana mobil listrik. Baru sekitar empat tahun kemudian, 2002, dilakukan uji pertama kali prototip Marlip di Kebun Raya Bogor. Ternyata mobil itu masih butuh penyempurnaan di sana-sini. Setelah mendapat kucuran dana pada tahun anggaran 2003, para ilmuwan LIPI mendapat sambutan cukup baik. Mei 2003 Marlip dipesan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Karawang. Tidak tanggung-tanggung, mereka memesan empat unit prototip yang dirancang khusus untuk area rumah sakit. Selanjutnya PT Indofood membeli Marlip berdesain wisata sebanyak empat unit yang disumbangkan ke Kebun Raya Bogor.
Prototip akhirnya dikembangkan dalam beberapa jenis desain berbeda. Ada City Car yang bermuatan empat orang, Smart Car dengan dua kursi yang cocok dipakai di tempat wisata, kompleks perumahan atau hotel. Ada juga tipe khusus tanpa atap untuk lapangan golf, wisata, patroli polisi, pengangkut makanan dan minuman di pabrik, rumah sakit.
Mobil dengan harga berkisar antara 40-50 juta rupiah ini sampai hari ini masih belum siap dikomersialisasikan. Apa sebab? ”Kami sudah mencoba mendekati beberapa investor, tapi belum ada yang cocok. Sementara LIPI sebagai lembaga penelitian jelas tidak bisa memproduksi secara massal. Selain memang tidak diperbolehkan dalam kebijakan, juga kami tak punya dana cukup,” ujar Prof. Dr. Oemar Anggara Janie, Kepala LIPI kepada pers dalam kesempatan serupa. Karena keterbatasan kemampuan itu maka LIPI masih belum mampu menyediakan pesanan mobil Marli patroli untuk pihak kepolisian yang sudah memesan 100 unit. Sampai sekarang LIPI baru bisa menyediakan dua unit saja untuk Kepolisian Makassar.
Padahal sesungguhnya kebutuhan akan mobil hemat energi dan bebas emisi cukup tinggi bagi masyarakat Jakarta. Saat ini 100 persen kendaraan di jalan raya berbahan bakar bensin yang otomatis memicu polusi udara. Karena terganjal oleh legislasi pemerintah yang belum mengizinkan mobil listrik ke jalan raya, akibatnya Marlip hanya bisa digunakan di tempat tertentu. Perumahan, rumah sakit, kebun raya dan sejenisnya menjadi tempat yang memungkinkan mobil ini beroperasi.

Improvisasi
Padahal jika saja Marlip diizinkan turun ke jalan raya, akan sangat membantu banyak pihak. Dari sisi energi, marlip cukup hemat. Satu buah baterai yang sudah di-charge bisa digunakan hingga delapan jam pemakaian dengan kecepatan 40 kilometer per jam di jalan datar. Di saat macet mobil ini juga tak boros energi sebab saat pedal tak diinjak maka listrik sama sekali tak terpakai. Yang paling menguntungkan adalah Marlip berdesain mungil sehingga tak memakan banyak ruang di jalan maupun tempat parkir. Dan tentu saja mobil ini sama sekali tak menghasilkan polusi udara.
Kondisi ini bisa terus diperbaiki. Menurut Oemar, saat ini peneliti LIPI terus melakukan improvisasi komponen sehingga diusahakan bisa meningkatkan local content. Untuk sementara local content Marlip masih 60 persen. Selain itu bulan Agustus mendatang akan diadakan seminar yang membahas bagaimana Marlip bisa ditingkatkan teknologinya agar lebih layak beroperasi di jalan raya.
Usaha LIPI agar mobil listrik ini dilirik oleh pihak industri sebenarnya lumayan kuat. Desain dan rancangan sasis kendaraan sekarang telah mencapai tahap penyempurnaan yang mengacu pada standar internasional dengan menggunakan software design yang tersertifikasi. Tahun 2005 diharap ini sudah tercapai sehingga siap memasuki uji coba produksi berskala industri.
Sedangkan sistem penggerak yang telah didaftarkan permohonan paten sejak tahun 2002 saat ini telah dipublikasikan oleh Direktoran Jendrrak Hak Atas Kekayaan Intelektual (Dirjen HaKI). Klaim yang diajukan sebagai suatu penemuan yang memiliki berbagai keunggulan yang hingga kini belum ditemukan padanannya.
Demi menggugah minat masyarakat pada mobil yang ramah lingkungan sendiri, LIPI menyelenggarakan lomba desain kendaraan ramah lingkungan dan hemat energi. ”Lomba ini diharap bisa melengkapi hasil prototip penelitian transportasi di LIP yang sekarang sedang dilaksanakan. Selain lomba akan diadakan pula pameran di mana akan ditampilkan beberapa prototip Marlip berbagai desain dengan tujuan agar kalangan industri maupun investor berminat bekerja sama dengan LIPI. Seminar, lomba maupun pameran ini akan dilangsungkan di Gedung Widya Graha LIPI Jakarta, 18-20 Agustus 2004 mendatang. Semoga saja acara ini tidak serupa menggantang asap. Sebab faktanya sampai hari ini pemerintah masih belum berpikir untuk membuat legislasi ihwal penggunaan mobil listrik di jalan raya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar